Gedung PRIMKOPTI Kabupaten Bogor

Gedung PRIMKOPTI Kabupaten Bogor yang tertata rapi dengan ruang kerja, pertemuan dan showroom di dalamnya

Melihat-lihat steam boiler

Peserta study banding tanhu tempe PRIMKOPTI Kabupaten Bogor tampak melihat-lihat sistem kerja steam boiler di kompleks pabrik tahu Lembang Bandung

Drum Stainless Sehatkan Tempe

Dandang atau drum stainless yang sebagian telah terkirim di kantor Primkopti Jakarta Selatan siap didistribusikan kepada produsen tahu tempe anggota untuk mengganti drum oli yang slama ini digunakan.

Tahang tahu stainless steel

Tahang tahu stainless steel dipastikan mampu memcetak produk tahu yang higienis dan dipergunakan secara lebih efisien

Perjalanan study banding

Diikuti oleh sedikitnya 30 orang, study banding tahu tempe di Bandung diharapkan dapat memberi gambaran dan motivasi bagi para produsen asal Bogor untuk dapat meningkatkan kualitas produksinya.

Tahu tempe higienis siap jual

Produksi tahu tempe hasil project percontohan siap diedarkan kapada calon pembeli. Tahu tempe ini tentu lebih higienis dan sehat karena diproses dengan peralatan yang lebih bersih dan tingkat efisiensi yang memadai

Proses produksi efisien

Dengan peralatan stainless, tahu bukan saja menjadi lebih bersih dalam proses pengolahannya tapi juga mampu menambah daya tahan tahu tanpa penggunaan asupan-asupan yang berbahaya.

Pabrik tahu di Lembang Bandung

Dalam acara study banding, tampak bahwa pengolahan dengan pola yang sehat, selain dapat meningkatkan mutu produksi, juga mampu menekan dampak pencemaran yang dapat membahayakan baik karyawan maupun lingkungan sekitar

Wednesday 27 February 2013

Akankah harga kedelai stabil?

Harga kedelai di Indonesia tak ubahnya seperti harga saham, dalam sehari bisa berubah beberapa kali! Hal ini tentu membuat pusing pengrajin tempe tahu karena harga jual tidak mungkin berubah mengikuti perubahan harga kedelai. Namun sedikit angin segar berhembus di awal tahun ini, Bulog akan difungsikan sebagai stabilisator harga kedelai. Berikut cuplikan berita dari poskotanews.com tanggal 28 Feb 2013 :


JAKARTA (Pos Kota)-Untuk mencegah kembali bergejolaknya harga kedelai seperti yang terjadi beberapa waktu lalu  Badan Urusan Logistik (Bulog)  resmi diberi wewenang untuk melakukan impor. Dengan adanya langkah ini diharapkan  harga kedelai akan senantiasa stabil.
“Untuk tahap awal rencananya kami akan mengimpor sekitar 1,7 juta ton kedelai,” kata Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso.
Menurut dia, saat ini kebutuhan kedelai Indonesia sekitar 2,5 juta ton. Kebutuhan tersebut tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri karena  produksi nasional hanya sekitar 800.000 ton.
Bulog sendiri diberikan kewenangan melakukan impor agar fungsi stabilisator yang diemban dapat dilakukan. Sebab selama ini fungsi tersebut baru dilakukan hanya untuk menstabilkan harga beras.
Untuk pembiayaan impornya tidak menggunakan APBN.  Bulog akan melakukan pendekatan atau skema pinjaman perbankan. Karena itu Bulog akan mengkaji bank yang dapat memberikan bunga rendah dan pelayanan prima, sehingga mendatangkan keuntungan yang cukup.
Kementerian Perdagangan sendiri  sudah menetapkan patokan harga atau HPP pada komoditi kedelai berdasarkan kondisi pasar. Patokan harga ini diharapkan menjadi motivasi bagi petani lokal untuk meningkatkan produksi kedelai.
Tiap tahun produksi kedelai terus mengalami penurunan akibat harganya yang kurang menarik. Dengan adanya HPP itu pemerintah ingin  melindungi petani sekaligus  pengrajin tahu tempe kita agar tidak terpukul dengan tidak menentunya harga.

Thursday 14 February 2013

Daging Naik? Beralihlah Ke Tempe!

Naiknya harga daging saat ini betul-betul membuat ibu rumah tangga kebingungan mengatur menu di rumah.Tidak hanya itu, kenaikan harga daging juga membuat KPK turun tangan. Bukan melakukan operasi pasar tapi mencari dalang dibalik naiknya harga daging melalui kebijakan impor yang carut marut.Saat ini lah waktunya konsumen seharusnya mulai berpikir kreatif dalam membelanjakan penghasilan. Mulailah beralih ke sumber protein yang lain, yang lebih terjangkau, lebih sehat dan juga tidak kalah enak yaitu Tempe!. Tempe memiliki kandungan protein yang hampir sama dengan daging, bahkan protein pada tempe lebih sederhana sehingga mudah dicerna, selain itu Tempe memiliki kandungan karbohidrat yang tidak terdapat pada tempe serta rendah lemak. Berikut perbandingan nilai gizi Tempe dengan beberapa jenis daging.
Jika saat ini harga daging Rp 90.000-100.000/kg maka hanya dengan Rp 9.000-10.000/kg anda sudah dapat membawa pulang 1 kg tempe dengan kandungan gizi yang tidak kalah bahkan lebih baik!. Oleh karena itu mulailah beralih ke Tempe karena terbukti lebih sehat untuk tubuh dan juga lebih sehat untuk kantong.

Wednesday 13 February 2013

Seandainya...Rumah Tempe Indonesia

Seandainya sebahagian besar pabrik atau industri kecil tempe menerapkan prinsip produksi yang lebih baik walau tidak harus seperti Rumah Tempe Indonesia, maka kita bisa melihat bahwa pada saat ini banyak produk olahan tempe yang beredar dipasaran. Tidak hanya keripik! bisa jadi nuget, patys, formula tempe, bubur instant tempe, isolat isoflavond, isolat vit B dan banyak lainya.Industri tempe merupakan usaha yang dilindungi oleh undang-undang melalui Perpres No 36 Th 2010 yang menyatakan bahwa industri tempe merupakan usaha yang dicadangkan bagi usaha mikro kecil dan menegah. Dengan kata lain industri besar tidak akan diizinkan memproduksi tempe!. Namun apa lacur jika industri besar membutuhkan tempe sebagai bahan baku produk mereka, tidak ada satupun pengrajin tempe yang dapat memenuhi standar bahan baku yang dibutuhkan. Padahal tempe katanya sudah ada di Indonesia sekitar 400 tahun yang lalu, dan kita (Indonesia) masih pusing dengan standar tempe segar. Jepang yang baru mengenal tempe 40 tahun yang lalu saat ini telah mengembangkan produk olahan tempe berupa isolat komponen. Jangan sampai tempe sebagai budaya yang katanya identitas bangsa Indonesia kembali menjadi milik orang lain...

Sunday 3 February 2013

Tempe Made In Indonesia VS Kedelai Made In USA

Mukin tidak banyak yang menyadari bahwa tempe yang dimakan saat ini memiliki komponen impor yang yang dominan. Ya!, kedelai untuk membuat tempe saat ini diimpor dari Amerika! Hanya Ragi dan Air yang merupakan komponen dalam negeri. Pada saat ini kebutuhan kedelai dalam negeri lebih dari 2 juta ton/tahun dimana 1,8 juta ton di Impor dari luar negeri khususnya Amerika Serikat. Mungkin pertanyaan selanjutnya adalah kemana kedelai lokal? dan jawabannya adalah petani pada saat ini tidak lagi tertarik membudidayakan kedelai karena keuntungannya kecil, Berikut ilustrasinya : harga kedelai lokal saat ini di tingkat petani hanya dihargai Rp 5.500 (karena harga kedelai impor di tingkat konsumen Rp 6.500) dengan tingkat produktifitas 1,5 ton /hektar maka petani yang memiliki lahan 1 Ha (rata-rata petani Indonesia hanya memiliki lahan 3000 m3) akan mendapatkan penghasilan kotor Rp 8.250.000. Coba bandingkan jika petani menanam jagung dengan luas lahan 1 Hektar akan menghasilkan 10 ton jagung dengan harga jual di tingkat petani Rp 2.500/kg maka penghasilan kotor petani adalah Rp 25.000.000. Oleh karena itu kunci peningkatan produksi kedelai dalam negeri tidak lain hanya 2 hal :
1.Meningkatkan produktifitas tanaman kedelai dengan cara memperbaiki kualitas benih, pola tanam, pemupukan dll.
2.Mengatur tata niaga, dimana negara harus mengambil peran untuk menciptakan kondisi yang berimbang anatara hulu dan hilir. Tidak seperti sekarang yang sangat leberalis dan pro Impor!
Hal ini harus dipikirkan secara serius agar tempe yang notabene merupakan makanan Made In Indonesia jika di lihat pada biji kedelainya ada tulisan Made In Amerika!...