Gedung PRIMKOPTI Kabupaten Bogor

Gedung PRIMKOPTI Kabupaten Bogor yang tertata rapi dengan ruang kerja, pertemuan dan showroom di dalamnya

Melihat-lihat steam boiler

Peserta study banding tanhu tempe PRIMKOPTI Kabupaten Bogor tampak melihat-lihat sistem kerja steam boiler di kompleks pabrik tahu Lembang Bandung

Drum Stainless Sehatkan Tempe

Dandang atau drum stainless yang sebagian telah terkirim di kantor Primkopti Jakarta Selatan siap didistribusikan kepada produsen tahu tempe anggota untuk mengganti drum oli yang slama ini digunakan.

Tahang tahu stainless steel

Tahang tahu stainless steel dipastikan mampu memcetak produk tahu yang higienis dan dipergunakan secara lebih efisien

Perjalanan study banding

Diikuti oleh sedikitnya 30 orang, study banding tahu tempe di Bandung diharapkan dapat memberi gambaran dan motivasi bagi para produsen asal Bogor untuk dapat meningkatkan kualitas produksinya.

Tahu tempe higienis siap jual

Produksi tahu tempe hasil project percontohan siap diedarkan kapada calon pembeli. Tahu tempe ini tentu lebih higienis dan sehat karena diproses dengan peralatan yang lebih bersih dan tingkat efisiensi yang memadai

Proses produksi efisien

Dengan peralatan stainless, tahu bukan saja menjadi lebih bersih dalam proses pengolahannya tapi juga mampu menambah daya tahan tahu tanpa penggunaan asupan-asupan yang berbahaya.

Pabrik tahu di Lembang Bandung

Dalam acara study banding, tampak bahwa pengolahan dengan pola yang sehat, selain dapat meningkatkan mutu produksi, juga mampu menekan dampak pencemaran yang dapat membahayakan baik karyawan maupun lingkungan sekitar

Wednesday, 20 April 2011

Forum Tempe Pasrah RI Terus Impor Kedelai

Jakarta - Forum Tempe Indonesia (FTI) pasrah jika Indonesia terus mengimpor kedelai dan tak bisa swasembada. Yang bisa mereka lakukan kini adalah memperbaiki mutu dan kualitas tempa agar semakin layak memasuki pasar ekspor.

"Kita tidak apa-apa impor kedelai, Tapi kita olah yang bagus biar tempe turunannya bisa diekspor ke luar negeri," kata Sekretaris Jendral Forum Tempe Indonesia (FTI), Dadi Maskar kepada detikFinance, Rabu (20/4/2011).

Untuk mewujudkan keinginan itu, saat ini FTI sedang melakukan edukasi kepada pengrajin tempe agar dapat membuat tempe yang berkualitas dan berstandar. Sampai saat ini, baru ada satu tempat di Semarang yang sudah teredukasi dan dapat membuat tempe secara higienis.

"Sekarang memecahkan kedelainya sudah pakai mesin, sudah tidak diinjak-injak lagi," jelas Dadi.

Saat ini, kata Dadi, Indonesia masih mengimpor sekitar 1,4 sampai 1,6 juta ton per tahun. Kebutuhan nasional bisa mencapai 2,2 juta ton per tahun dan Indonesia hanya produksi 600 sampai 800 ribu ton per tahunnya.

"Ya memang harus impor," katanya.

Dadi menambahkan, para pengrajin tempe tidak terpengaruh terhadap melonjaknya harga kedelai. Menurutnya, industri penghasil tempe adalah usaha kecil menengah (UKM) jadi harga akan sangat mempengaruhi daya beli konsumen.

"Yang namanya UKM itu sangat sensitif dengan harga. kalau harganya naik, biasanya hanya mengecilkan ukuran bukan naikin harga," ujarnya.

Ia mengungkapkan, sebenarnya para pengrajin tempe tidak melulu memikirkan ekonomi dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Karakteristik UKM yang menyebabkan industri tempe hanya menjadi tempat perputaran uang yang kecil.

"Yang penting itu beli kedelai lagi besok," pungkasnya.

(qom/qom)