Nilai investasi untuk usaha tempe relatif tidak membutuhkan
biaya yang besar hal ini dapat disesuaikan dengan kapasitas produksi yang
diinginkan. Uraian kali ini dianggap produksi tempe dilakuan dengan kapasitas
pengolahan 100 kg kedelai/hari yang menghasilkan 160 kg tempe dengan asumsi yang
sederhana.
Biaya tetap
a. Biaya bangunan untuk mengolah kedelai sebanyak 100 kg/hari menjadi
tempe cukup dibutuhkan ruang 25 m². Dengan asumsi biaya pembangunan 2 jt/m ²
tanpa memperhitungkan harga tanah bunga bank dll, maka dibutuhkan biaya sebesar
Rp 50.000.000. Bila diasumsikan umur ekonomis bangunan selama 10 tahun (3600
hari) beban biaya tetap dari bangunan adalah Rp 50.000.000/3600 = Rp
13.888/hari.
b. Biaya peralatan yang
diasumsikan memiliki umur ekonomis 5 tahun atau 1800 hari, maka biaya tetap
dari mesin dan peralatan /harinya adalah Rp 34.410.000/1.800 = Rp 19.116/hari.
c. Biaya tenaga kerja untuk mengolah 100 kg
kedelai dibutuhkan 2 orang tenaga kerja dengan upah tenaga kerja @ Rp
60.000/hari sehingga total biaya tenaga kerja Rp 120.000/hari
Total biaya tetap/hari =
a + b +c
=
Rp 13.888 + Rp 19.116 + Rp 120.000
=
Rp 153.004/hari
Biaya tidak tetap
a. Kedelai diasusmikan
dengan harga Rp 7.000 sehingga biaya kedelai untuk 100 kg adalah Rp 700.000
b. Ragi yang dibutuhkan
kurang lebih 300 gr dengan harga Rp 8.300
c. Bahan bakar LPG 3kg Rp 15.000
d. Biaya kemasan diasumsikan
menggunakan kemasan plastik/500 gr sebanyak 360 pcs dengan harga/pcs adalah Rp
80 sehingga total biaya kemasan/hari adalah Rp 25.600
e.
Biaya lainnya seperti
listrik dan air diperkirakan Rp 10.000/hari
Total biaya tidak
tetap/hari = a + b + c + d
= Rp 700.000 + 8.300
+ 15.000 + 25.600 + 10.000
= Rp758.900
Pendapatan
Dalam produksi tempe,
untuk setiap kg kedelai yang diolah akan menghasilkan tempe seberat 1,6 -1,8 kg
tergantung jenis kacang kedelai yang digunakan, dalam ilustrasi ini kita akan
menggunakan hasil terkecil yaitu 1 kg kedelai menghasilkan 1,6 kg tempe dengan
harga jual tempe/kg saat ini Rp 8000.
Pendapatan = Jumalah produksi x harga
= 160 kg x Rp 8.000
= Rp 1.280.000
Keuntungan
Keuntungan kotor yang
di peroleh secara harian dari usaha tempe adalah sebagi berikut :
Keuntungan = Pendapatan – (total biaya tetap + total biaya
tidak tetap)
= 1.280.000 – (153.004 + 758.900)
= 1.280.000 – 911.900
= Rp 368.100/hari
Dengan kata lain keuntungan kotor perbulan (30 hari) dari
usaha tempe dengan jumlah kedelai yang diproduksi 100 kg/hari adalah sebesar Rp 11.043.000
Break Event Point (BEP)
Salah satu analisa sederhana yang digunakan adalah BEP unit
untuk mengetahui jumlah minimum kg tempe yang harus terjual untuk mendapatkan
titik impas.
FC
BEP unit =
P - VC
153.004
=
8.000 – 4.649
= 45
Kesimpulan : dengan
menjual 45 kg tempe merupakan titik impas untuk menutup biaya tetap dan tidak
tetap yang dikeluarkan. Sehingga untuk menghasilkan laba, setiap harinya tempe
yang dijual harus lebih besar dari 45 kg tempe.
Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio)
Analisa ini digunakan
untuk melihat besaran pengembalian dari modal/investasi yang sudah ditanamkan
B/C ratio = Total pendapatan/Total biaya produksi
= Rp 1.280.000 / Rp 896.904
= Rp 1.42
Jika B/C ratio menunjukkan
angka > 1, maka usaha tersebut layak untuk dilakukan. Dalam kasus ini
berarti dalam setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan mendapatkan pengembalian Rp 1.42
Untuk informasi lebih lanjut daftarkan diri anda untuk mengikuti kelas kewirausahaan di Rumah Tempe Indonesia
Pendaftaran :
Kopti kab bogor
Jl Raya Cilendek no 27
telp : 0251 8327827
Hp : Ridha 0812 8074 2701