Belum lagi harga daging, cabai , bawang, turun sekarang harga kedelai mulai membumbung dari awal agustus di harga Rp 7.200-7.500 sekarang menjadi Rp 8.800-9.500. Sekali lagi anak bangsa ini harus menderita karena pemerintah gagal mengendalikan harga pangan. Kebijakan ekonomi liberal yang dijalankan pada saat ini ternyata berkali-kali membuat pemerintah "dikadali" oleh para pemilik modal. Praktek kartel yang sudah menjadi rahasia umum pada daging, kedelai dan bahan pangan lainya yang merupakan dampak pada kebijakan ekonomi liberal yang menyebabkan lemahnya posisi pemerintah dan sudah seharusnya di kaji kembali. Dampak kenaikan kedelai pada saat ini membuat para pengrajin berhenti produksi atau mengecilkan potongan tahu tempe mereka. Disamping itu omzet mereka juga menurun drastis. Jika pada saat ini ibu-ibu rumah tangga mulai mengurangi konsumsi tahu tempe karena harga atau potongannya yang semakin menciut, kemana lagi anak bangsa ini mendapatkan sumber protein mereka, Sudah jelas daging sudah tidak terbeli karena harga nya masih Rp 90.000/kg, ayam Rp 35.000/kg, telur Rp 20.000/kg. Haruskah mereka mengkonsumsi belalang seperti jaman penjajahan dahulu? Benar-benar membuat para ibu rumah tangga pusing tujuh keliling!
Oleh karena itu Kopti sebagai wadah pengrajin tahu tempe meminta kepada pemerintah untuk segera merealisasikan PP no 31 tahun 2013 dimana tata niaga kedelai harus diintervensi oleh pemerintah dalam hal menjaga kestabilan harga dan mengatur pembelian kedelai lokal dari petani. Sebuah ironi tidak lama setelah perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke 68 kita kembali di hadapkan bahwa bangsa ini
masih terjajah oleh kepentingan ekonomi segelintir orang!